Karakter Nabi Adam Vs Iblis
(Membantah Argumentasi Iblis: belajar dari kisah Nabi Adam dan Iblis)
Jika kita mencoba mentadaburi Alquran surat Al – A’raaf ayat 11 s.d 27, maka kita dapat mengambil hikmah dari kisah dikeluarkannya Nabi Adam dan Iblis dari Jannah. Nabi Adam dan Iblis sama-sama dikeluarkan dari Jannah, namun dari keduanya terdapat perbedaan yang sangat mencolok terutama dari karakter masing-masing. Dari situ kita akan tahu bagaimana sesungguhnya sifat dasar/murni dari manusia dan bagaimana pula sifat dasar/murni dari iblis. Dari kisah tersebut, mari kita renungkan bersama.
Sifat Iblis: Sombong, durhaka/pembangkang, mudah emosi, tidak mau bertaubat, pendendam, banyak permintaan dan banyak bicara. Sifat Adam/Manusia: Cerdas, Suka bertaubat, Tidak banyak bicara, Fair, Profesional, Taat&patuh, Sabar.
Iblis membangkang atas perintah Allah untuk bersujud kepada Nabi Adam. Sebelumnya, Allah swt dengan bijak menanyakan terlebih dahulu apa yang menyebabkan ia tidak mau sujud kepada Adam. Namun dengan sombongnya Iblis mengatakan bahwa dia lebih baik dari pada Adam. Padahal Iblis tidak mempunyai bukti/argumen yang dapat menguatkan anggapannya tersebut. Iblis hanya beralasan/berdalih bahwa dia diciptakan dari api sedangkan Adam diciptakan dari tanah. Lalu benarkah api lebih baik daripada tanah?
Faktanya bahwa api memang dapat memberikan manfaat, itupun dengan catatan jika api tersebut dapat dikontrol, misalnya untuk memasak atau untuk memanaskan pemanas ruangan. Jika api tidak terkontrol justru dapat menimbulkan malapetaka seperti kebakaran. Sedangkan tanah, merupakan tempat seluruh makhlus berpijak. Tempat makhluk mencari rizki. Tempat makhluk untuk memenuhi segala kebutuhan. Tanah mengandung unsur-unsur hara maupun mineral-mineral yang dibutuhkan oleh makhluk hidup, sehingga siklus kehidupan terus dapat berjalan. Tanah, didalamnya menyimpan banyak kekayaan. Mulai dari air tanah, minyak & gas bumi, dan emas, maupun kekayaan lainnya. Bahkan secara ekonomi, harga tanah semakin meningkat. Hampir seluruhnya apa yang ada dimuka bumi ini bergantung pada tanah. Berbeda dengan api yang mana dia bergantung dari bahan bakar, sedangkan bahan bakar yang digunakan oleh api berasal dari apa yang ada di bawah maupun di atas tanah.
Dari semua hal tersebut, sudah sepantasnya kah perkataan Iblis yang mengatakan bahwa dia yang tercipta dari api lebih baik dari pada Adam yang tecipta dari tanah? Atau itu hanya sekedar persangkaan dari Iblis semata?
Akibat dari kesombongan dan kedurhakaannya itu, Iblis divonis sesat oleh Allah swt. Vonis tersebut bukannya membuat dia menyadari kesalahannya namun justru memendam dendam kesumat kepada anak cucu Adam hingga bersumpah untuk menyesatkan mereka. Iblis bersalah atas perbuatan dia sendiri, namun justru hendak mencari teman untuk dapat dipersalahkan, agar mengikuti jejak yang dilakukannya. Itulah sifat Iblis, ingin menyebarkan virus kedurhakaan, mencari teman agar ikut berbuat salah. Selain dendam kesumat kepada anak cucu Adam, Iblis juga banyak maunya. Dia ingin ditangguhkan hingga hari kiamat.
Lalu bagaimana dengan Adam? Di dalam Al Quran, ayat yang mengisahkan tentang Nabi Adam, hanya sekali saja beliau berkata, yaitu doa permohonan ampunan kepada Allah swt dan pengakuan kesalahan yang telah beliau lakukan bersama dengan istrinya. Dan semenjak itu, Allah telah mengampuni kesalahan Nabi Adam dan istrinya. Maka tidak ada dosa turunan. Dari situ kita bisa mengambil hikmah bahwa Nabi Adam adalah orang yang tenang dan kalem. Itulah sesungguhnya sifat dasar manusia. Nabi Adam dan istrinya berbuat salah sebenarnya adalah karena pengaruh bisikan syaitan yang membujuknya agar mendekati pohon terlarang. Syaitan menjanjikan janji palsu bahkan menyatakan diri bahwa dia adalah seorang pemberi nasihat. Begitu halus rayuan syaitan sehingga Nabi Adam dan istrinya terperdaya. Itulah provokasi syaitan yang menyebabkan Nabi Adam dan istrinya tergelincir dalam kesalahan. Namun demikian, Nabi Adam menerima konsekuensi atas apa yang telah diperbuatnya, beliau sabar. Nabi Adam tidak mengadu atau mengeluh kepada Allah atas godaan syaitan. Meskipun Allah swt juga mengetahui bahwa kesalahan Nabi Adam tersebut adalah akibat provokasi syaitan, namun Nabi Adam tidak mencari kambing hitam atau bahkan dendam sepertinya halnya Iblis yang dendam kepada anak cucu Adam. Allah swt telah memberikan peringatan kepada anak cucu Adam tentang bujukan syaitan yang dapat menyesatkan mereka. Agar kisah nenek moyang manusia dapat menjadi hikmah dan pelajaran bagi manusia.
Itulah yang membedakan antara Iblis dengan Adam. Iblis dendam kepada anak cucu Adam karena kesalahan dia sendiri, namun Nabi Adam tidak dendam kepada siapapun meskipun dia telah digoda sehingga berbuat salah. Nabi Adam adalah orang yang profesional dan fair.
Maka mari kita bercermin kepada diri kita, sebenarnya sifat manakah yang kita ikuti? Sifat Iblis ataukah sifat Nabi Adam? Pastinya, sifat murni manusia adalah sifat yang dimiliki oleh Nabi Adam. Jika ada manusia yang memiliki sifat pembangkan, pemarah, pendendam, mencari kambing hitam, tidak mau mengakui kesalahan, banyak mengeluh/permintaan, maka sesungguhnya itu bukan sifat asli manusia melainkan sifat Iblis. Sifat-sifat demikian hendaknya segera dipadamkan sebelum terlambat sehingga dapat membakar seluruh sifat manusia yang murni.
Meskipun demikian, Iblis masih mengakui kebesaran dan kemuliaan Allah swt sehingga tidak dapat menggoda/membujuk anak cucu Adam yang Mukhlis Ikhlas dalam beragama). Namun kita dapat menjumpai manusia-manusia yang lebih sombong dan angkuh dibandingkan dengan Iblis, yaitu mereka yang tidak mengakui kebesaran Allah swt dan berlaku congkak dimuka bumi ini. Manusia-manusia yang berlaku semenang-menang, kufur akan nikmat yang telah diberikan oleh Allah, mendustakan ayat-ayat Allah, dan enggan bertaubat, manusia yang demikian tentunya jauh lebih sesat dan hina dibandingkan dengan Iblis.
Wallahua’lam
Makassar, 03 Juli 2015
16.00 Wita
(*tulisan lama yang baru diposting*)